BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar
diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Nematoda terdiri dari
beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh
dunia. Seluruh spesies cacing ini berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan
bilateral simetris.cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat,siklus
hidup,dan hubungan hospes-habitat (host-parasite relationship).
Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang.
Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. Cacing yang menginfeksi manusia diantaranya adalah N.americanus dan A.duodenale sedangkan yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, sedangkan A.caninum dan A.braziliense tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena Nematoda dapat menyebabkan pendarahan di usus. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang.
Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu
langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing
ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis
adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus,
disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis
dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda
usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus
terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta
cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya
mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang
terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan
soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis
mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup
A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan
T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila
infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang
mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering
terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia,
sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus
pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan
telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan
menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat
ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan
bersama tinja penderita.
Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh
dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi
dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat
menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan
meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik,
mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman
dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti
piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil
yang cukup memuaskan.
Penyakit filarial cukup populer di negeri ini.
Cacing filaria merambat di sekeliling jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe.
Di antara spesies antropofilik yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti,
Brugia, malayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dari nematoda
itu, menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar FKUI/RSCM,
Brugia dan Wuchereria merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di Indonesia,
sementara Onchocerca dan Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella
ozzardi, Mansonella perstans, serta Mansonella streptocerca, tidak terlalu
populer di Indonesia dan penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
Satu konsep mutakhir yang menjadi target pengobata
ialah terdapatnya endosimbion yang terjadi di dalam tubuh filaria. Para pakar
Tropical Medicine menemukan terdapat individu semacam rickettsia yang hidup
intraseluler pada setiap stadium Wuchereria, Mansonella, dan Onchocerca yang
dinamakan Wolbachia. Konon, individu ini berhubungan endosimbiosis sangat erat
dengan filaria sehingga dapat dijadikan target kemoterapi antifilarial.
W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal
di dunia, meski hanya sedikit sekali mahasiswa kedokteran di dunia yang
mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi atau Tropical Medicine.
Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan tropis,
meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia.
Spesies dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi)
ditemukan di Kepulauan Pasifik dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian
besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan vektor Culex fatigans dan
Culex cuenquifasciatus di Indonesia. Vektor Culex juga biasanya ditemukan di
daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di daerah-daerah
rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea,
Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Sementara Brugia timori
merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa ditemui di kepulauan Timor.
Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki dua bentuk
periodisitas. Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal
ditemukan di daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia. Sedangkan
spesies dengan periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor
Mansonia dan Coquilettidia (jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari
inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa (bukan
mikrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran limfe
aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada
tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan
plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh
darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi
sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah
yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi
jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi
berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh
limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema
pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada
filariasis ialah cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme
inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di
sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma
dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing
masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati
akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe.
Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe
bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi
malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
B.
Tujuan
Tujuan
makalah ini disusun adalah antara lain :
o
Untuk mengetahui klasifikasi Nematoda
Usus dan Jaringan
o
Untuk mengetahui morfologi Nematoda Usus
dan Jaringan
o
Untuk mengetahui siklus hidup Nematoda
Usus dan Jaringan
o
Untuk mengetahui apa saja patologi dan
gejala klinis penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus dan Jaringan
o
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit
yang disebabkan oleh Nematoda Usus dan Jaringan
BAB
II
PEMBAHASAN
Terdapat
dua jenis nematoda yang terdapat pada jaringan tubuh manusia, terdiri dari :
A.
Nematoda
Usus (Nematoda Intestinum)
1.
Ascaris
lumbricoides
·
Klasifikasi Ascaris lumbricoides
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Ascoridida
Super
family : Ascoridciidea
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides
·
Hospes dan distribusi
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris
lumbricoides. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan
mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit yang disebabkannnya
disebut Askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh
cacing gelang Ascaris lumbricoides, yang merupakan penyakit kedua terbesar yang
disebabkan oleh makhluk parasit.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di
seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
·
Morfologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan
betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian
seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada
sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Stadium dewasa cacing ini hidup di rongga usus muda.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing
betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang
telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi,
bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang
dapat menginfeksi manusia.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu 3 minggu.
·
Siklus hidup
Usus
manusia Cacing Telur Cacing Keluar bersama feses Tersebar Menempel pada makanan Termakan Menetas Larva Menembus Usus Aliran Darah Jantung Paru-Paru
Kerongkongan Tertelan Usus
Manusia Cacing Dewasa.
Telur Ascaris
yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada
tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
·
Patologi dan Gejala Klinis
Gejala yangh
timbul pada penderita dapat disebabkan cacing dewasa dan larva, biasanya
terjadi pada saat berada diparu-paru. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa
biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gtangguan usus ringan
seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Efek yang serius
terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi
usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu,
apendiks atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga
kadang-kadang perlu tindakan operatif.
·
Epidemiologi
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama
pada anak-anak. Frekuensinya antara 60-90%.
Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik
pada tanah liat yang memiliki kelembapan tinggi dan pada suhu 25° - 30° C. Pada
kondisi ini, telur tumbuh menjadi bentuk infektif (mengandung larva) dalam
waktu 2-3 minggu.
2.
Enterobius
vermicucularis
·
Klasifikasi Enterobius vermicucularis
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Oxyurida
Super
family : Oxyuroidea
Genus : Enterobius
Species : Enterobius vermicularis
·
Hospes dan Nama Penyakit
Hospesnya
manusia. Nama penyakitnya adalah oksiuriasis atau entrobiasis.
·
Morfologi
Cacing dewasa berkuran kecil, berwarna putih. Ynag
betina jauh lebih besar dari cacing jantan. Ukuran cacing betina sampai 13 mm,
sedangkan yang jantan sampai sepanjang 5 mm. Di daerah anterior di sekitar
leher, kutikulum cacing melebar yang disebut sayap leher. Esofagus cacing ini
juga khas bentuknya oleh karena memiliki bentuk bulbus esofagus ganda, terdapat
3 buah bibir dan ekor yang melengkung pada jantan, sedangan betinanya
meruncing. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11000 butir setiap
harinyaselama 2 sampai 3 minggu; sesudah itu cacing betina mati. Telur bentuk
asimetrik ini tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar, dan berisi
larva yang hidup.
·
Siklus Hidup
Telur
tertelan melalui jalan napas menetas di duodenum larva rabditiform Cacing dewasa di jejunum bagian atas ileum.
·
Patologi
Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan
yang berarti. Akibatnya migrasinya ke daerah perianal dan perianeal menimbulkan
gatal-gatal yang bila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal-gatal
ini juga dapat menyebabkan gangguan tidur penderita. Kadang-kadang cacingbetina
mengadakan migrasi ke daerah vagina dan tuba falopii sehingga menyebabkan
radang ringan di daerah tersebut. Meskipuncacing seringkalai dijumpai dalam apendiks,
akan tetapi jarang menimbulkan apendissitis. Bila tidak ada reinfeksi,
enterobiasis dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena 2-3 minggu sesudah
bertelur, cacing betina akan mati.
·
Epidemiologi
Cacing kremi tersebar luas di seluruh dunia baik di
daerah tropik maupun subtropik. Di daerah yang bersuhu rendah enterobiasis
lebih banyak dijumpai oleh karena di daerah dingin orang jarang mandi dan tidak
sering mengganti pakaian dalam (Soedarto, 1991).
3.
Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale
·
Klasifikasi Necator americanus
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super
family : Rhabditoidea
Genus : Necator
Species : Necator americanus
·
Klasifikasi Ancylostoma duodenale
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Rhabditida
Super
family : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma
Species : Ancylostoma duodenale
·
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitif kedua cacing ini, adalah manusia.
Cacing ini tidak mempunyai Hospes perantara.Tempat hidupnya ada di dalam usus
halus terutama jejunum dan duodenum.Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini
disebut Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.
·
Morfologi
Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan
telur kira-kira sekitar 9000 butir, sedangkan A.deudenale kira-kira 10.000
butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan 0,8 cm.
Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale
menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. N.americanus
mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing
jantan mempunyai bursa kopulatrik.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas
dalam waktu 1-1,5 hari, kelurlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari
larva rabditiform tumbuh menjadi larva filoariform, yang dapat menembus kulit
dan dapat hidup dalam 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya
kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di
dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250
mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.
·
Siklus Hidup
Telur Larva rabditiform Larva filariform menembus kulit kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus.
·
Patologi
Gejala
nekatoriasis dan ankilostomiasis.
a.
Stadium Larva
Bila
banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit
yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
b.
Stadium dewasa
Gejala
tergantung pada :
a).
Spesies dan jumlah cacing
b).
keadaan gizi menderita (Fe dan protein)
Tiap cacing
N.americanus menyebabkan banyak kehilangan darah 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan
A.duodenale 0,08-0,34 cc. Biasanya terjadi Adenmia hipokrom mikrosita. Di
samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan
anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi daya tahan
berkurang dan prestasi kerja turun.
·
Epidemiologi
Insiden tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia
terutama di pedesaan khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja
perkebunan yang langsung behubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari
70%. Kebiasaan defeksi dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalam
penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur
(pasir, humus) dengan suhu optimal untuk N.americanus 28°-32° C, sedangkan
untuk A.duodenale 23°-25° C. Untuk menghindari infeksi salah satu antara lain,
dengan memakai alas kaki (sepatu, sandal).
4.
Trichuris
trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk)
·
Klasifikasi Trichuris trichiura
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super
family : Ttichinelloidea
Genus : Trichuris
Species : Trichuris trichiura
·
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang
disebabkannya disebut Trikuriasis. Cacing ini lebih sering ditemukan
bersama-sama Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di dalam usus besar
manusia, terutama di daerah sekum dan kolon. Cacing ini juga kadang-kadang
ditemukan di apendiks dan ileum (bagian usus palaing bawah). Bagian distal
penyakit yang disebabkan cacing ini disebut Trikuriasis.
·
Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm.
Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina
bentuknys membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu
spikulum.
Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron,
berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua
kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kuning-kekuningan dan bagian dalamnya
jernih. Telur berisi sel telur (dalam tinja segar).
·
Siklus Hidup
Cacing
dewasa hidup di usus besar manusia telur keluar bersama tinja penderita di tanah telur menjadi
infektif infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya
telur infektif bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.
Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan
sampai cacing dewasa betina melatakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama
tinja. Telur tersebut menjadi matang, yaitu telur yang berisi larva dan
merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu dalam lingkungan yang
lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila kebetulan hospes
menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam
usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
·
Patologi dan Gejala Klinis
Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di
sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat
terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rrektum.
Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami prolapsus akibat
mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke
dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan
peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di
samping ini ternyata cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat
menyebabkan anemia.
Penderita
terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan
gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom
disehuris yang berat dan menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare
yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan
kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichiura
sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan
biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala,
parasit ini ditemukan pada tinja secara rutin.
·
Epidemiologi
Yang penting untuk penyebaran, penyakit adalah
kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan
tduh dengan suhu optimum kira-kira 30°C. Di berbagai negeri pemakaian tinja
sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frkuensi di Indonesia tinggi. Di
beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30 – 90 %.
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah
pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan
tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan
sebelum makan, mencicu dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah penting
apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai pupuk.
5.
Strongyloides
stercoralis
·
Klasifikasi Strongyloides stercoralis
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super
family : Rhabiditoidea
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
·
Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes utama cacing ini, walaupun
ada yang ditemukan pada hewan. Cacing ini tidak mempunyai hospes
perantara.Cacing ini dapat mengakibatkan penyakit strongilodiasis.
·
Morfologi
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus
duodenum dan yeyunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna
dan panjangnya kira-kira 2mm. Cara berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis.
Telur bentuk parasitic diletakkan di mukosa usus, kemudian menetas menjadi
larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.
·
Siklus Hidup :
Parasit
ini mempunyai tiga siklus hidup:
a.
Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam
mukosa usus di dalam usus larva rabditiform tumbuh menjadi
larva filariform larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh
menjadi cacing dewasa.
b. Siklus
Langsung
Sesudah 2 – 3
hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan bentuk
langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam
peredaran darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru,
parasit yang mulai dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah
sampai di laring,tarjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian
sampai di usus halus dan menjadi dewasa.
c. Siklus
Tidak Langsung
Pada siklus
ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan betina.Cacing
betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm.
Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang
kemudian menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus
tidak langsung ini terjadi apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai
dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di
negeri-negeri tropik beriklim rendah.
·
Patologi dan gejala Klinis
Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul
kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang disertai denagn rasa gatal
yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus
muda.Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada
infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, di daerah epigastrium tengah dan
tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan konstipasi yang saling
bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat ditemukan di
seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.
·
Epidemiologi
Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi
yang kurang, sanagt menguntungkan cacing Strongyloides.Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva yaitu, tanah gembur, berpasir dan humus.Frekuensi di Jakarta
pada tahun 1956, sekitar 10-15%, sekarang jarang ditemukan.Pencegahan yang
disebabkan cacing ini, tergantung pada sanitasi pembuangan tinja dan melindungi
kulit dari tanah yang terkontanimasi, misalnya dengan memakai alas kaki.
6.
Trichinella
spiralis (Trichina worm, cacing trichina)
·
Klasifikasi Trichinella spiralis
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super
family : Ttichinelloidea
Genus : Trichinella
Species : Trichinella spiralis
·
Hospes dan Nama Penyakit
Cacing ini hidup dalam mukosa duodenum, sampai sekum
manusia. Selain menginfeksi manusia, cacing ini juga menginfeksi mamalia lain,
seperti tikus, kucing, anjing, babi, beruang, dll. Penyakit yang disebabkan
parasit ini disebut trikinosis, trikinelosis, dan trikiniasis.
·
Morfologi
Cacing dewasa sangat halus menyerupai rambut, ujung
anterior langsing, mulut kecil, dan bulat tanpa papel. Cacing jantan panjangnya
1,4-1,6 mm, ujung posteriornya melengkung ke ventral dan mempunyai umbai
berbentuk lobus, tidak mempunyai spikulum tepi. Dan tidak terdapat vas deferens
yang bisa dikeluarkan sehingga da[at membantu kopulasi. Cacing betina
panjangnya 3-4 mm, posteriornya membulat dan tumpul.
Cacing betina tidak mengeluarkan telur, tetapi
mengeluarkan larva (larvipar). Seekor cacing betina mengeluarkan larva sampai
1500 buah. Panjang larva yang baru dikeluarkan kurang lebih 80-120 mikron,
bagian anterior runcing dan ujungnya menyerupai tombak.
·
Siklus Hidup
Siklus
hidup alami yang terjadi antara babi dan tikus babi mengandung kista
yang infektif manusia terinfeksi oleh
karena makan daging babi atau mamalia lain yang mengandung kista cacing dewasa hidup di
dalam dinding usus larva membentuk kista
di dalam otot bergaris.
·
Patologi dan Gejala Klinis
Gejala Trikinosis tergantung pada beratnya infeksi
disebabkan oleh cacing stadium dewasa dan stadium larva. Pada saat cacing
dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejal usus sepertiskit perut
diare, mual dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kira-kira 1-2 hari sesudah
infeksi.
Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah
infeksi. Pada saat ini timbul gejal nyeri otot (mialgia) dan randang otot
(miositis) yang disertai demem, eusinofilia dan hipereosinofilia.
Gejala yang disebakan oleh stadium larva tergantung
juga pada alat yang dihinggapi misalnya, dapat menyebabkan sembab sekitar mata,
sakit persendian, gejala pernafasan dan kelemahan umum. Dapat juga menyebabkan
gejala akibat kelainan jantung dan susunan saraf pusat bila larva T.spiralis
tersebar di alat-alat tersebut. Bila masa akut telah lalu, biasanya penderita
sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
Pada infeksi berat (kira-kira 5.000 ekor larva/kg
berat badan) penderita mungkin meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi
biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru,
kelainan otak, atau kelainan jantung.
·
Epideologi
Cacing ini tersebar di seluruh dunia (kosmopolit),
kecuali di kepulauan Pasifik dan Australia. Frekuensi trikinosis pada manusia
ditentukan oleh temuan larva dalam kista di mayat atau melalui tes intrakutan.
Frekuensi ini banyak ditemukan di negara yang penduduknya gemar makan daging
babi. Di daerah tropis dan subtropis frekuensi trikinosis sedikit.
Infeksi pada manusia tergantung pada hilang atau
tidak hilangnya penyakit ini dari babi. Larva dapat dimatikan pada suhu 60-70
derajat celcius, larva tidak mati pada daging yang diasap dan diasin.
7.
Toxocara
canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm)
·
Klasifikasi Toxocara canis dan Toxocara
cati
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Ascoridida
Super
family : Ascoridciidea
Genus : Toxocara
Species : Toxocara canis /cati
·
Hospes dan Nama Penyakit
Toxocara canis ditemukan pada anjing, sedangkan
Toxocara cati ditemukan pada kucing. Belum pernah ditemukan infeksi campuran
pada satu macam hospes. Kadang-kadang cacing ini dapat hidup pada manusia
sebagai parasit yang mengembara dan menyebabkan penyakit yang disebut Visceral
larva migrans.
·
Morfologi
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang
bervariasi antara 3.6 – 8.5 cm. Sedangkan yang betina antara 5.7 – 10 cm.
Toxocara cati jantan antara 2.5 – 7.8 cm, yang betina antara 2.5 – 14 cm.
bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat
sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati
bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.
Bentuk kedua ekor spesies hamper sama, yang jantan ekornya lurus dan meruncing
(digitiform), yang betina bulat meruncing.
·
Siklus Hidup
Telur
ditelan manusia menetas
larva mengembara.
·
Patologi dan Gejala Klinis
Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan
mengembara di alat-alat dalam ususnya di hati.penyakit yang disebabkan larva
yang mengembara disebut visceral larva migrans dengan gejala eosinofilia, demam
dan hepatomegali. Penyakit tersebut dapat juga disebabkan oleh larva Nematoda
lain.
·
Epidemiologi
Prevalensi Toxokariasis pada anjing dan kucing
pernah dilaporkan di Jakarta masing-masing mencapai 38.3 % dan 26.0 %.
Pencegahan dapat dihindarkan dengan cara melarang anak untuk tidak bermain
dengan anjing maupun kucing dan tidak dibiasakan bermain di tanah.
8.
Ancylostoma
braziliense dan Ancylostoma caninum
·
Klasifikasi Strongyloides stercoralis
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Super
family : Rhabiditoidea
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
·
Hospes dan Nama Penyakit
Cacing ini hidup di dalam usus halus kucing dan
anjing. Pada manusia, A.braziliense dan A. Caninum menimbulkan kelainan kulit.
·
Morfologi dan Siklus Hidup
Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. A.
braziliense dewasa yang jantan panjangnya 4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina
panjangnya 6,1-8,4 mm. Mulutnya mempunyai sepasang gigi besar dan sepasans gigi
kecil. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik kecil dengan rays pendek. A.
caninum jantan panjangnya 10 mm dan betinanya 14 mm. Mulutnya mempunyai 3
pasang gigi besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik besar dengan rays
panjang dan langsing. Secara tidak langsung dapat terinfeksi larva filariform
melalui penetrasi kulit dan selanjutnya larva mengembara di kulit.
·
Patologi dan Gejala Klinis
Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan
menyebabkan kelainan kulit yang disebut creeping eruption, creeping disease
atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption adalah suatu dermatitis dengan
gambaran khas berupa kelaianan intrakutan serpiginosa, yang antara lain
disebabkan Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Pada tempat larva
filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal. Dalam beberapa
hari terbentuk terowongan intrakutan sempit yang tampak sebagai garis merah,
sedikit menimbul, gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan larva
didalam kulit. Sepanjang garis yang berkelok-kelok terdapat vesikel-vesikel
kecil dan dapat terjadi infeksi sekunder karena kulit di garuk.
·
Epidemiologi
Kucing
dan anjing merupakan hospes definitif A.braziliense dan A.Caninum. Penularan
bisa dicegah dengan menghindari kontak
dengan tanah yang tercemar oleh tinja anjing dan kucing.
B. Nematoda Jaringan Tubuh
1.
Wuchereria
Bancrofi
·
Hospes dan Nama penyakit
W.bancrofti merupakan parasit manusia dan
menyebabkan filariasis bankrofti atau wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini
tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan dengan penyakit yang disebabkan
oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak terdapat secara alami
pada hewan.
·
Distribusi Geografik
Parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi
Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia dan telah
tersebar diseluruh Indonesia.
·
Daur hidup dan morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan
kelenjar limfe. bentuknya halus seperti benang dan berwaena putih susu. Yang
betina berukuran 65 – 100 m X 0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing
betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron
x 7 – 8 mikron. Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat di aliran
darah tepi pada waktu tertentu saja.
·
Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalam
dua kelompok. Yang disebabkan cacing dewasa menimbulkan limfadenitis dan
limfangitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan obstruktif menahun 10
sampai 15 tahun kemudian.
Miklofilaria yang biasanya tidak menimbulkan
kelainan, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis.
Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi dalam beberapa stadium.
9.
Loa-Loa
·
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing
Loa loa memiliki tubuh yang sederhana termasuk kepala, badan, dan ekor. Pria
berkisar dari 20mm ke 34mm panjang dan 350μm untuk 430μm luas. Wanita berkisar
dari 20mm ke 70mm panjang dan lebar tentang 425μm. Tiga spesies yang terlibat
dalam siklus hidup termasuk Loa loa parasit, vektor lalat, dan host manusia:
o
Sebuah terbang vektor menggigit inang
manusia terinfeksi dan microfilariase ingests.
o
mikrofilaria pindah ke otot-otot toraks
dari tuan rumah terbang.
o
Mikrofilaria berkembang menjadi larva
tahap pertama, tahap larva kemudian ketiga.
o
Ketiga tahap larva (infeksi) perjalanan
ke belalai terbang.
o
Sebuah terbang vektor terinfeksi
menggigit inang manusia terinfeksi dan larva tahap ketiga menembus kulit dan
memasuki jaringan subkutan manusia.
o
Larva tumbuh menjadi orang dewasa, yang
memproduksi mikrofilaria yang telah ditemukan dalam cairan tulang belakang,
urin, darah perifer, dan paru-paru.
·
Patologi dan gejala klinis
Loa
loa parasit menginfeksi host manusia dengan perjalanan melalui jaringan
subkutan seperti punggung, dada, pangkal paha, kulit kepala, dan mata. Parasit
ini menyebabkan radang di kulit mana pun mereka bepergian. Jika parasit
berhenti di satu tempat untuk waktu singkat, tuan rumah manusia akan mengalami
peradangan lokal yang dikenal sebagai Calabar bengkak. Ini sering terjadi pada
sendi pergelangan tangan dan pergelangan kaki tetapi menghilang begitu parasit
mulai bergerak lagi. Parasit juga dapat melakukan perjalanan melalui dan
menginfeksi mata, menyebabkan pembengkakan mata. Gejala umum termasuk gatal,
nyeri sendi, dan kelelahan.
·
Diagnosis dan pengobatan
Metode
utama dari diagnosis termasuk adanya mikrofilaria di dalam darah, keberadaan
cacing di mata, dan adanya pembengkakan kulit. Operasi pengangkatan worm dengan
mudah dapat dilakukan . Pengobatan umum untuk penyakit ini adalah penggunaan
salah satu dari dua obat: diethylcarbamazine (DEC) atau Ivermectin.
BAB 3
PENUTUP
Manusia
merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda
ini merupakan masalah masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penularan
cacing Nematoda parasitusus dapat melalui tanah yang disebut Soil transmitted
helminth (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus,
Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis) dan yang yang tidak
ditularkan melalui tanah (Enterobius vermicularis dan Trichinella spiralis)
(Retno Widyastuti, 2002). Faktor tingginya infeksi cacing usus di Indonesia
disebabkan oleh iklim tropik yang panas dan lembap, pendidikan rendah, sanitasi
lingkungan dan perseorangan buruk, sarana jamban keluarga kurang, pencemaran
lingkungan oleh tinja manusia dan kapadatan penduduk yang tinggi.
Penularan cacing Nematoda parasit usus yaitu:
§ Telur
infektif masuk melalui mulut : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura
§ Larva
infektif menembus kulit sehat : Cacing tambang, S.stercoralis
§ Telur
infektif masuk melalui mulut, melalui udara atau secara langsung melalui tangan
penderita : E. vermicularis
§ Larva
infektif masuk mulut bersama daging yang dimakan : T.spiralis.
Kelainan patologik yang ditimbulkan
oleh infeksi cacing parasit usus yaitu:
§ Cacing
dewasa dapat menimbulkan : gangguan pecernaan, perdarahan dan anemia, alergi,
obstruksi usus, iritasi usus dan perforasi usus.
§ Larva
cacing dapat menimbulkan : reaksi alergik, kelainan jaringan.
Diagnosis pasti infeksi nematode
parasit usus dilakukan melalui:
§ Pemeriksaan
tinja : A.lumbricoides, cacing tambang, S.stercoralis dan T.trichiura.
§ Pemeriksaan
mukosa rektum : T.trichiura
§ Anal
swab : E.vermicularis
§ Biopsi
otot : T.spiralis
W. bancrofti
merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit sekali
mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah
Parasitologi atau Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi
parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika,
Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan periodisitas
subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik
dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas
nokturnal dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia.
Vektor Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes
dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
Brugia malayi
lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu
saja Indonesia. Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang
hanya bisa ditemui di kepulauan Timor. Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi
memiliki juga memiliki dua bentuk periodisitas. Bedanya, biasanya B.malayi
dengan periodisitas nokturnal ditemukan di daerah pertanian dengan vektor
Anopheles atau Mansonia. Sedangkan spesies dengan periodisitas subperiodik
ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia (jarang).
Prinsip
patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat
dilalui cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu
diri ini melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga
menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini
mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang
menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
bingung mau ngapain mari bergabung dengan kami difans poker
BalasHapusDapatkan juga Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
ditunggu ya ^-^